Melatih Otak Anak dengan "Brain Fitness"
Tahukah Anda bahwa otak anak bisa
dilatih untuk menjadi lebih tajam? Lecturer and Consultant BrainFit
Studio Singapura, Regina Chin mengatakan, masih ada harapan untuk
membuat kerja otak anak menjadi lebih baik. Salah satunya dengan
memahami pentingnya brain fitness serta kognitif profil anak bagi
orangtua. Hal itu disampaikannya dalam seminar parenting dan educators
workshop "Different Child, Different Brain, Different Needs", di
Jakarta, beberapa hari lalu.
Regina menjelaskan, brain
fitness adalah kegiatan melatih otak untuk mempunyai kemampuan yang
optimal dan menggali semua potensi. Ibarat mendaki sebuah gunung, maka
dibutuhkan kemampuan lebih. Sama halnya dengan otak. Banyak sel di
dalamnya yang dapat kita latih untuk dapat bekerja lebih cepat dan
lebih tajam lagi. Karena pada dasarnya otak kita semua telah siap jika
hanya untuk melakukan aktivitas keseharian.
“Jadi sebagai orangtua kita mau
memberitahukan bahwa ada harapan, ada cara-cara yang bisa membantu
anak-anak menjadi lebih baik sedini mungkin,” kata Regina kepada
Kompas.com.
Ia menambahkan, banyak cara untuk
melatih kekuatan otak, dan semua harus disesuaikan dengan kelemahannya.
Misalnya anak-anak yang mengalami kesulitan dalam membaca atau susah
berkomunikasi, maka anak tersebut harus terus berlatih, yaitu latihan
penalaran supaya otak anak-anak dapat jauh lebih tajam dan bisa
berkomunikasi dengan baik.
“Tetapi jika kelemahannya disebabkan hal lain, misalnya sulit berkonsentrasi atau koordinasinya kurang, tentu ada jenis latihan lain. Intinya adalah brain pilar, visual, audithory, sensor motorik, attention and memory, serta social emotional,” ujarnya.
Selain itu, Regina juga menyinggung
soal visual tracking, yaitu kemampuan visual kita untuk melacak tentang
apa yang kita lihat. Bukan hanya apa yang ada di depan, tetapi juga di
semua sisi yang secara tidak sadar sebenarnya sudah kita lacak dengan
cepat. Ia mengungkapkan, setiap orang mempunyai kemampuan melacak yang
berbeda-beda, jika kemampuan melacak seorang anak tergolong lambat,
maka itu akan berdampak anak tersebut tidak bisa memahami bacaan secara
cepat dan atau bahkan anak tersebut menjadi tidak mengerti dengan apa
yang dibacanya.
“Misalnya saat kita mengemudikan
mobil, kita melihat keadaan dibelakang, di samping dan disitulah
kemampuan visual tracking diperlukan. Intinya adalah mengajak anak
untuk bekomunikasi sebanyak mungkin. Karena jika kuat di bahasa,
terutama mendengar maka itulah kunci keberhasilan akademik anak-anak,”
jelasnya.
Sumber:
Posting Komentar