mas baim
Bermula dari Rumah Kontrakan, Kini Nuraini Menjadi PAUD Unggulan

Dua pekan lalu, cuaca kota Yogyakarta sangat cerah. Sekumpulan bocah sedang asyik bermain balok-balok mungil di ruang kelas. Para anak didik PAUD Aisyiyah Nur ‘Aini tersebut terlihat sumringah. 

Sebagian dinding PAUD yang terletak di Ngampilan Yogyakarta itu sudah terlihat agak kusam, namun anak-anak leluasa bermain. Maklumlah, luas lahan lembaga pendidikan tersebut mencapai 1.500 meter persegi. Padahal, dulunya PAUD ini diselenggarakan di rumah petakan.
 
Lembaga ini meraih penghargaan sebagai PAUD unggulan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. PAUD ini dipayungi organisasi Aisyiyah. Mereka memiliki sejumlah program unggulan, antara lain pendidikan keorangtuaan. Lembaga yang 80% pendidik dan tenaga kependidikannya mengantongi ijazah S1 ini menawarkan layanan asuransi bagi para anak didik. 

Cukup mudah mencari PAUD yang dikelola Aisyiyah –organisasi perempuan Muhammadiyah- ini. Lokasinya cukup strategis, berada di jantung kota Jogja.

 

 “Di sekitar Ngampilan ini daerah perkantoran, banyak para pekerja yang menitipkan anak mereka disini,” ujar Kis Rahayu, Kepala Sekolah PAUD Aisyiyah Nur ‘Aini.

Gedung PAUD Nur ‘Aini tersisip di tepi jalan raya, persis berdampingan dengan sebuah jembatan. Lokasinya yang berada di bawah masjid, membuat bangunan seluas 1.000 meter persegi tersebut miskin dari sapaan sinar mentari. 

Meskipun sekilas terlihat agak remang, namun serangkaian prestasi terpendar dari lembaga yang didirikan pada 21 April 1996 itu. “Kami terpilih sebagai PAUD unggulan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2007,” sebut Kis bangga.

Mendapat Bantuan Rp 300 Juta
Atas capaian tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelontorkan dana Rp 300 juta. Kis menyebutkan, sebayak 15% dari total anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan fisik. 

Sisanya digunakan untuk pelatihan tutor, studi banding, serta membeli sejumlah sabak elektronik, antara lain komputer jinjing serta proyektor. “Seluruh dana kami gunakan sesuai ketentuan dari pemerintah,” tegasnya.

Kis menilai ada sejumlah alasan yang membuat lembaganya terpilih menjadi unggulan provinsi. Rasio pendidik dengan anak didik yang cukup renggang menjadi faktor utama. Rata-rata satu orang tutor mendampingi 6 orang anak didik. 

Selain itu, tingkat pendidikan para pendidik dan tenaga kependidikan PAUD Aisyiyah yang 80% adalah sarjana juga menjadi faktor pendorong. “Lokasi kami juga sangat strategis, tidak ada PAUD di DIY yang memiliki lahan seluas 1.500 meter persegi,” ucap Kis. 

PAUD Nur ‘Aini juga memiliki sejumlah program unggulan yang tidak dimiliki lembaga lain. Antara lain pendidikan keorangtuaan atau parenting. Saban Jumat Kis memberikan pembekalan kepada para orangtua murid tentang tata cara mendidik putra-putri mereka. “Pendidikan anak jangan hanya diserahkan kepada guru, tapi harus menjadi tanggung jawab utama orangtua,” ujarnya.


Siswa-Siswi Berasuransi
Salah satu fasilitas unggulan yang dimiliki PAUD Nur ‘Aini adalah asuransi kesehatan bagi anak didik mereka. Dengan premi sebesar Rp 25 ribu pertahun, anak berusia empat tahun ke atas berhak atas layanan tersebut. “Seumpama sakit, mereka dapat dirawat di RS Muhammadiyah secara cuma-cuma,” katanya.


PAUD Nur ‘Aini juga menggandeng RS Muhammadiyah Yogyakarta serta Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memberikan pemeriksaan kesehatan kepada para anak didik sekali sepekan. 

Dalam waktu dekat, PAUD Nur ‘Aini akan mengembangkan lokasi baru. Izin pembangunan atas tanah seluas 1000 meter telah mereka genggam. Lokasinya pun masih sepelemparan batu dari lokasi yang ada saat ini.

Bermula dari Rumah Kontrakan
PAUD Aisyiyah Nur ‘Aini bermula dari sebuah rumah kontrakan berukuran 6×8 meter persegi. Bangunan yang berada di tengah-tengah kampung Ngampilan tersebut disewa selama tiga tahun. Selama di rumah kontrakan itu, Nur ‘Aini mengasuh empat anak per hari dengan dua orang pengelola dan pendidik. 

Pada awal 1999, Nur ‘Aini mengalami kondisi sulit. Seolah berada di tubir jurang, rumah kontrakan yang disewa tidak lagi dapat diperpanjang. Akhirnya, pada 21 Februari 1999 pengurus memutuskan untuk memindahkan TPA tersebut ke sebuah asrama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang tak lagi dipakai. 

Kepindahan tersebut seolah menjadi tonggak dimulainya pengelolaan TPA Nur ‘Aini dengan manjemen yang baru. Sejumlah pimpinan ranting Aisyiyah Ngampilan pun ditunjuk secara profesional untuk memimpin lembaga tersebut. Sejak saat ini Tempat Penitipan Anak Nur ‘Aini bersalin nama menjadi Taman Asuh Anak (TAA). “Istilah penitipan seolah untuk barang,” ujar Kis menjelaskan alasan perubahan nama lembaga yang ia pimpin.

Setelah berjalan selama 13 tahun, PAUD Nur ‘Aini kini memiliki 193 anak didik yang tergabung di TAA, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak. Didampingi 40 orang pendidik dan pengelola, PAUD ini mengembangkan dan melaksanakan kurikulum terpadu yang berpusat pada anak (child oriented) dengan menanamkan nilai Islam sejak dini, mengembangkan pendidikan disiplin dan kemandirian 

 

 

mas baim

PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-4 TAHUN

Fase Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 01 sampai dengan 04 tahun.

pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dipastikan dengan batasan-batasan umur tertentu. Karena tiap anak berbeda satu sama lain tergantung pada pembawaan, bakat, lingkungan dan kemauan anak. 
 
Tetapi secara singkat dapat diketahui tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-4 tahun
pada umumnya.

Secara singkat ada 8 tanda-tanda esensial dalam perkembangan anak ahir tahun pertama dan permulaan usia 4 tahun. Yaitu:

Pada permulaan periode ini anak sudah bisa duduk, berdiri dan berjalan dengan bantuan. Bila sudah mencapai 4 tahun anak dapat meloncat-loncat, memanjat, merangkak dibawah meja dan kursi, motorik praktis sudah dapat mandiri.

Pada usia 4 tahun tangan dan mata dapat bekerja sama dalam koordinasi yang baik, anak lebih dapat mengadakan orientasi dalam situasi-situasi yang tidak asing. Pada usia ini tangan anak merupakan alat untuk mengadakan eksplorasi keliling yaitu melalui manipulasi dengan benda-benda, terutama alat-alat permainan dan benda-benda sehari-hari.

Pada usia 4 tahun anak sudah dapat berbahasa. Ia dapat menggambil bagian secara aktif dalam percakapan dirumah; komunikasi dengan teman-teman sebayanya memperoleh dimensi baru. Ia dapat memberi pengaruh melalui bicaranya, ia dapat menyatakan keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya.

Pada akhir periode ini anak memperoleh pengertian banyak mengenai benda-benda menurut warna dan bentuknya, membedakan antara suara keras dan lembut, ia mengerti nama benda-benda dan menanyakan nama benda yang belum diketahuinya.

Usia 4 tahun sedikit banyak sudah mengetahui ruang dan waktu. Ia mengerti perbedaan antara siang dan malam. Semisal dia tahu waktu bermain pada siang hari dan tidur pada malam hari. Megerti apa yang disebut di sana, di sini, di atas, di bawah. Dan sudah menguasai serangkaian tugas-tugas seperti; menyisir rambut, mengenakan baju, mengambil barang dari almari, melipat dan lain-lain.

Pengertian akan norma-norma, seperti kata baik, buruk, tidak baik, jangan, tidak boleh.

Kebutuhan untuk aktif, untuk berbuat sesuatu makin lama ditentukan secara kognitif, artinya: perbuatan dan tingkah lakunya tidak lagi ditentukan secara kebetulan sesuai dengan apa yang ada; anak sudah dapat membuat rencana, memikirkan apa yang akan dilakukannya

Anak tidak hanya menginginkan ada bersama-sama dengan orang dewasa, melainkan ia sudah menginginkan dapat bergaul secara aktif dengan mereka. Disamping itu ada kebutuhan untuk bergaul dengan anak-anak sebaya. Pada akhir periode ini anak juga sudah mampu untuk bermain bersama dengan anak-anak sebaya dan memperhatikan aturan-aturan yang ada.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada anak usia 1-4 tahun anak mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik dalam bentuk biologis maupun psikologis. Sehingga pada awal usia tersebut orang tua harus benar-benar memperhatikan tiap-tiap tahap perkembangan yang dilalui. 
 
Dan memberikan pelayanan terbaik terhadap kebutuhan perkembangannya. Karena jika satu saja tahap perkembangan anak terlewatkan maka akan berpengaruh terhadap kondisi anak pada perkembangan selanjutnya. Misalnya kebutuhan bermain bagi anak, orang tua harus sadar bahwa bermain merupakan hal yang penting bagi anak. Karna dengan bermain mereka dapat mempelajari banyak hal.

Melalui permainan dapat melatih kemampuan motorik anak untuk meguasai berbagai kemampuan fisik ynag dibutuhkan. Mereka dapat belajar memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam permainan itu. Mereka juga belajar bersosialisasi dan memahami aturan social yang ada melalui permainan bersama-sama dengan teman.
 
Berbagai aspek emosi terlihat ketika bermain, seperti kegembiraan, kekecewaan, kesabaran, ketahan dalam berkompetensi dan lain-lain. Aristoteles menempatkan anak usia 1-4 dimasukkan pada tahap pertama perkembangan anak, yaitu masa bermain.

Sebaliknya ketika orangtua tidak menyadari hal tersebut dan membatasi anaknya untuk bermain maka akan menghambat perkembangan anak dalam berbagai aspek, seperti perkembangan fisik, intelektual, social dan emosional. Karena kemampuan perkembangan anak selain factor hereditas/ genetic, lingkungan, perkembangan juga tergantung pada peluang mereka untuk belajar dan mengaktualisasikan dirinya.

Disamping tanda-tanda di atas perkembangan kondisi kejiwaan anak juga mengalami perkembangan bertahab dari tahun ketahun, diantaranya:

Usia 1 tahun
Seorang anak tidak memiliki rasa takut pada siapapun. Karena pada usia tahun pertama seorang anak memerlukan cinta kasih yang lebih, selalu taat aturan, dan selalu mengantungkan segalanya kepada orang lain. Dan selalu menangis ketika mendapat gangguan dan merespon ketika diajak bermain.

Usia 2 tahun
Anak mulai mencari tahu apa yang ada di sekitarnya. Memiliki rasa ingin tahu tinggi.mulai menirukan prilaku orang disekitarnya.

Pada masa peralihan 2 ke 3 adalah masa sulit. Karena pada masa ini anak ingin mencoba kemampuannya serta mulai mengambil pelajaran dari percobaan dan kesalahan yang terjadi. Anak mulai merusak dengan sengaja atau tidak. 
 
Cenderung melawan perintah orang tua. Sering membangkang dan berkata “tidak”, dan sering marah bila diganggu. Tetapi kita tidak boleh menghalangi emosinya dan membiarkan anak melampiaskan gejolak emosinya. Pada tahun ke-3 anak lebih tenang dari masa sebelumnya. Anak dapat lebih memahami dan bekerja sama.

Usia 4 tahun
Anak semakin aktif dan berusaha mencari tahu tentang segala yang ada disekitarnya, juga tentang dirinya. Mulai bertanya tentang segala sesuatu. Pada masa ini anak menjadi lancang berbicara, terkadang mengejek orang lain bahkan keluarga dekat.

Menurut Nashari, anak usia 1-4 adalah masa-masa eksplorasi; dengan eksplorasi yang dilakukan anak dapat memperoleh pengetahuan yang bersifat indrawi (konkret) selanjutnya menyimpannya dalam pikiran. Oleh karena itu, kesan anak terhadap benda-benda konkret biasanya sangat kuat. Selain itu, pada masa ini anak juga sudah dapat dilatih mendisiplinkan diri dengan mengajarkan konsekuensi alami dan logis dari perbuatannya.

Awal dua tahun pertama merupakan periode sensorimotor, pada tahab ini anak belajar untuk meningkatkan kemampuan pengindraan dan motoriknya untuk melatih kemampuan berpikir kelak. Menurut Jean Peaget dalam “Theory Of Cognitive Development” menyusun periode sensorimotorik dalam 6 subtahap sebagai berikut:
Lahir - 6 minggu
Tahab perkembangan reflek seperti menghisab obyek yang ada dimulut, dan menutup tangan ketika benda menyentuhnya.
6 minggu - 4 bulan
Tahap perkembangan kebiasaan/habit seperti mengulang-ulang tindakan tertentu yang melibatkan anggota tubuhnya mulai dilakukan. Misalnya menggerakkan tangan dan kaki.
4 – 9 bulan
Perkembangan kordinasi antara penglihatan dan kemampuan untuk menggengam dan meraih sesuatu
9- 12 bulan
Perkembangan logika dan kordinasi antara alat dan tujuan) periode ini merupakan periode yang sangat penting, yang disebut “firs proper intelegence”, baik mulai melakukan permulaan tindakan yang menunjukkan kecerdasannya, maupun mulai menggerakkan sesuatu untuk maksud tertentu.
12-18 bulan
perkembangan pencarian alat-alat baru untuk mencapai tujuannya bayi senang bergerak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya dan mencoba-coba untuk melakukan sesuatu untuk melihat akibat yang ditimbulkan. Pada tahab ini oleh peaget anak disebut sebagai “peneliti muda” yang melakukan eksperimen semu untuk menemukan metode baru untuk memenuhi tantangan.

Perkembangan awal dari pemahaman atau kreativitas yang sesungguhnya. Pada tahab ini mulai masuk pada tahab pra-operasional.

Sedangkan menurut Erikson anak-anak usia 1-4 tahun mengalami tahap perkembangan psiko-sosial. Yang penulis kelompokkan seperti pada Tabel 1.1
Tabel 1-1
Usia
Ciri khas perkembangan
1-2 tahun
Trust Vs mistrust (percaya dan ketidak percayaan )
Bayi yang mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang dan cinta dari orang sekitarnya akan mengembangkan rasa percaya dan rasa aman dan muncul harapan dasar dalam kehidupannya. Sementara itu bayi yang kurang perhatian dan kasih sayang akan mengembangkan perasaan tidak aman dan kurang dapat mempercayai lingkungan.
2-4 tahun
Autonomy Vs shame, doubt (otonomi, rasa malu dan keragu-raguan)
Anak yang mendapatkan pengasuhan yang baik akan mengembangkan rasa yakin akan kemampuannya, mampu mengendalikan dirinya, dan bangga akan dirinya.

Dari beberapa tahap perkembangan di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia 1-4 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, seorang anak sudah mampu memfungsikan organ-organ tubuhnya, dan mengembangkan cara berpikirnya, serta sudah mulai mampu peka terhadap kondisi lingkungan. Oleh karena itu, orang tua harus mampu memberikan cinta kasih, asuhan, didikan terbaik kepada anak. Karena pada tahap ini peran orang tua sangat urgen. Jika orang tua salah mengasuh dan melewatkan tugas-tugas perkembangan anak maka akan berakibat fatal.

Hasil penelitian yang menunjukkan sumber pangkal dari criminal dan asusila didunia ini adalah perbuatan orang tua yang buruk. Terutama jika seorang ibu salah asuh, salah didik, salah rawat, sehingga memprodusir anak-anak yang kurang baik. Akibat tersebut disebabkan pada usia ini anak berada pada masa kritis dan menentang karena anak mulai mengenal aku (egosentris) dan sadar akan tenaga dan kemampuannya diri, dan ingin menjadi diri sendiri dan bertingkah laku menurut kemauannya sendiri terutama ketika anak berumur 2-4 tahun. Sehingga fase ini bias disebut fase negative/ fase meraja/ atau periode verneinung.

Meskipun masa kritis ini berlangsung kira-kira 2-10 bulan tetapi orang tua harus memperhatikan betul gejala-gejala emosi yang yang ditimbulkan, karena jika tidak, akan mengundang banyak bahaya yang akan berakibat fatal terhadap perkembangan anak, seperti:

Salah-tingkah dari orang tua yang kurang bijaksana serta tidak sabaran,
Salah bentuk dari kebiasaan-kebiasaan anak yang buruk (misalnya menjadi manja, Bengal, yang berkepanjangan dan lain-lain).

2.2 Tugas-tugas Perkembangan Anak Usia 1-4 Tahun

Robert Havighurs melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas ini berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai pra-syarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Dimana tugas ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau ketrampilan yang dimiliki individu sesuai dengan usia dan fase perkembangannya.

Usia 1- 4 tahun termasuk pada tugas –tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak, adapun tugas perkembangan tersebut antara lain;
Belajar berjalan, terjadi antara usia 9 sampai 15 bulan, dimana otot, tulang kaki dan susunan syarafnya telah matang untuk berjalan
Belajar memakan makanan padat, karena alat-alat mengunyah, pencernaan telah matang untuk hhal tersebut.
Belajar berbicara
Belajar buang kecil dan air besar, hal ini dilakukan pada waktu dan tempat yang sesuai dengan norma masyarakat. (sebelum usia 4 tahun)

Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin; melalui pengamatan anak dapat melihat perbedaan tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, pada tahap ini orang tua harus mampu untuk memilihkan mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak.

Mencapai kesetabilan jasmanian fisiologis. Kekebalan tubuh Anak berbeda dengan orang dewasa sehingga cepat mengalami perubahan temperature badannya. Dalam pencapaian kestabilan jasmani ini, orang tua perlu memberikan perawatan yang intensif, baik menyangkut makanan yang bergizi, kebersihan, maupun perlindungan badan anak.

Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan social, dan alam. Seperti nama ibu, ayah, kucing, meja dan sebagainya.

Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain. Peran orang tua harus selalu memberikan kehangatan, dan kenyamanan bagi anak sehingga ketika ia memperoleh pergaulan dengan orang tua menyenangkan, maka anak akan cenderung akan bersikap ramah dan ceria.

Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai hedonisme naïf, dimana kenikmatan dianggap baik, dan penderitaan dianggap buruk. Sehingga anak perlu bimbingan, nasihat, agar konsep baik buruk teresebut tidak salah tempat.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 1-4 Tahun
Setelah membicarakan fase-fase perkembangan seperti diatas, perlu dikaji tentang apakah yang mempengaruhi perkembangan membentuk pribadi manusia, karena fakta menunjukkan perkembangan satu anak dengan anak lain berbeda. Dimana hal ini tidak dapat dihindarkan dari adanya factor yang mempengaruhinya.

Untuk mengetahu hal tersebut, maka kita perlu mengetahui hakekat seorang anak, yang mana anak bukanlah miniatur orang dewasa seperti pendapat masa lalu. Tetapi merupakan mahluk yang berbeda dengan orang dewasa. Seorang anak yang baru lahir telah diberikan oleh Allah berupa potensi-potensi, dimana potensi tersebut akan bisa terwujud jika dikembangkan dengan baik. Jika tidak, maka perkembangan anakpun juga akan mengalami hambatan bahkan kegagalan.

Adapun berbagai factor yang mempengaruhi pertumbuhan organ tubuh anak antara lain;

Factor sebelum lahir, yakni adanya gejala-gejala tertentu yang terjadi sewaktu anak masih didalam kandungan.

Seperti: adanya gejala kekurangan nutrisi, pada ibu janin, infeksi bakteri, bahkan kondisi psikologis ibu hamil juga dapat memberikan pengaruh terhadap janin

Factor pada waktu lahir, yakni terjadi gangguan saat anak dilahirkan. Seperti terjadi kerusakan susunan saraf pusat, kemungkinan kelahirannya digunakan alat bantuan sejenis tang, atau karena dinding rahim ibu terlalu sempit. Yang mengakibatkan pendarahan pada bagian kepala.

Factor sesudah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu pasca kelahiran, terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan anak. Adanya trauma anak terkena benturan, kurang gizi, vitamin dan lain-lain. 
Factor psikologis, adanya kejadian-kejadian tertentu yang menghambat perkembangan fungsi psikis, terutama yang menyangkut perkembangan intelegensi dan emosi anak yang berdampak pada proses perkembangan anak.misalnya anak yang terlantar, kurang perawatan baik jasmani maupun rohani, kurang kasih saying. Yang dapat menimbulkan inanitie psikis (kehampaan psikis) anak. Semua ini dapat menimbulkan keterlambatan fungsi jasmani anak.

Adapun factor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain;
Factor hereditas
Keturunan atau warisan dari sejak lahir dari kedua orang tuanya, neneknya dan seterusnya biasanya diturunkan melalui kromosom.
Factor lingkungan
Segala sesuatu yang ada pada lingkungan ia berada. Berupa manusia, tumbuhan, binatang, benda-benda dan sebagainya.

Selain kedua factor tersebut, factor kemauan anak juga sangat berpengaruh karena jiwa anak yang dinamis memberi kekuatan pada segala tingkah lakunya, dan mendorong fase-fase perkembangan secara berturut-turut.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulakan bahwa:
Usia 1-4 tahun merupakan periode perkembangan yang pesat dan terjadi perubahan banyak hal dalam diri anak baik perubahan biologis maupun psikis, motorik, social, dan kognitif. Dengan bertambahnya kemampuan motorik membuat anak semakin luas dengan demikian dapat menambah luas lingkup hidupnya dan membantu anak mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya.

Untuk mengembangkan dan potensi yang pada diri anak diperlukan pengetahuan tentang tugas-tugas pada tiap tahap perkembangan, dimana tugas tersebut harus dilampaui oleh anak pada tahap perkembangan untuk menghindarkan penghambatan bahkan kegagalan perkembangan anak. Seperti belajar berjalan, makan makanan padat, berbicara, bersosialisasi, dan sebagainya.

Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh beberapa factor seperti sebelum kelahiran/masa kehamilan, sesudah lahir dan psikologis, karena pertumbuhan berjalan secara terus menerus berhubungan dengan setiap fase perkembangan baik sebelum dan sesudahnya. Selain itu, ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, diantaranya adalah factor hereditas, lingkungan, dan kemauan dari anak. Tugas orang tua adalah memperhatikan factor-faktor tesebut agar perkembangannya tidak terhambat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Fatkhi Adil, 2007. Ifham Tiflaka Tanjah Fi Tarbiyatihi, [ter. Syarif Baraja, knowing your child: Strategi mengenali anak selama masa pertumbuhan, Solo: Samudra.
Ahmadi, Abu Munawar Sholih, 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rhineka Cipta.
F.J Monks, dkk. 2006. Ontwikkelings Psychologie, 1982 [terj. Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.
Hasan, purwakania Aliah. 2006. Psikologi Perkembangan islam (menyikap rentang kehidupan manusia dari pra kelahiran hingga pascakematian). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kartono, Kartini, 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan. Bandung; CV. Mandar Mundur.
Mansur, 2005. Pendidian Anak Usia Dini Dalam Islam, Jogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nashari, Fuad 2003. Potensi-Potensi Manusia, Yogyakarta: Putaka Pelajar.
Papalia E Diane,. 2008. dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Yusuf, Syamsu.,2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yanti, Nur Lusi 2008. Psikologi Anak, Jakarta: PT. INDEKS.
mas baim
Queensland - Studi terbaru para ilmuwan di Australia telah membuktikan bahwa belajar berenang dapat membuat anak menjadi lebih cerdas.

Selain berguna bagi kesehatan, renang juga bermanfaat sebagai pertahanan tubuh saat berada di air.

Sebuah penelitian hasil kerjasama antara Griffith University, Kids Alive Swim Program dan Swim Australia ini menjaring lebih dari 10.000 anak berumur sekitar lima tahunan pada kelas latih renang.

Proyek ini memantau 10.000 siswa di seluruh Australia setiap tahunnya selama empat tahun dan bertujuan untuk menentukan apakah dengan berenang secara teratur mampu  menghasilkan masukan terhadap perkembangan fisik, sosial, kognitif dan bahasa pada anak-anak yang belum bersekolah.


Anak didik PAUD Aisyiyah Krapyaklor
 Persiapan belajar Renang

Profesor Robyn Jorgensen, dari Griffith Institute for Educational Research, Queensland, mengatakan "Bukti anekdotal menemukan bahwa perenang atau anak yang bisa berenang cenderung lebih percaya diri dengan perkembangan fisik yang lebih besar daripada rekan-rekan seusianya yang tidak bisa berenang." 


Anak didik PAUD Aisyiyah Krapyaklor
 Persiapan pemanasan untuk renang


Menurutnya, data awal dari studi ini cukup positif, mereka mengikuti kelas berenang terlihat lebih unggul secara perkembangan, baik secara fisik, sosial, kognitif dan bahasa.

"Tenggelam adalah penyebab kematian tertinggi di bawah kelompok umur 5 tahun, baik di kolam renang, kamar mandi atau sumber air lainnya. Jadi kami ingin meningkatkan kesadaran tentang pentingnya belajar berenang sejak usia dini," kata Prof Jorgensen.


Anak didik PAUD Aisyiyah Krapyaklor
 Persiapan menggunakan pelampung


Hasil studi ini  akan mengidentifikasi faktor kunci dalam program-program renang yang meningkatkan perkembangan anak, seperti jumlah pelajaran per minggu, usia anak ketika mulai pelajaran dan akses ke kolam renang rumah.


wali atau orangtua anak didik melihat keceriaan anak-anak berenang

Penelitian ini merupakan studi detail pertama yang menentukan banyaknya manfaat dari perkembangan yang terjadi pada anak yang sedang belajar berenang.

-sumber artikel ->wartanews.com-
mas baim
Tips Memilih Paud Pendidikan Anak Usia Dini

Ada banyak manfaat dari meyekolahkan anak sejak balita, salah satunya adalaha anak-anak bisa belajar nilai-nilai sosialisasi seperti berbagi, bergiliran dan berdisiplin. Paud atau pendidikan anak usia dini juga merupakan persiapan bagi balita Anda sebelum menjalani kehidupan akademis yang lebih berat nantinya.

Tetapi ternyata menuju prasekolah juga butuh persiapan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih paud untuk balita Anda :

1. Pilih sekolah yang terdekat dengan rumah. Jangan sampai anak kelelahan sebelum sampai di sekolah karena harus menempuh perjalanan jauh dan macet.

2. Perbandingan jumlah murid dengan guru, setidaknya lima anak banding satu guru. Tanyakan juga sampai usia berapa anak boleh didamping oleh orang tua di dalam kelas.

3. Agar anak tidak bosan, pilih waktu belajar tidak lebih dari 4 jam dan frekuensi berselang 1-3 hari, atau 2 jam per hari.

4. Banyak kurikulum yang ditawarkan setiap sekolah, mulai dari yang nasional hingga international. Tentu saja sistem international memakan biaya lebih mahal. Tanyakan pada diri Anda sendiri, sejauh mana anak membutuhkan apa yang ditawarkan oleh masing-masing sistem pengajaran.

5. Jika Anda ingin mempersiapkan anak untuk menguasai bahasa asing, Anda bisa memilih sekolah dengan bahasa pengantar asing atau bilingual. Pilihan dengan pengajar native speaker lebih ideal agar anak dapat berlatih pengucapan bahasa asing.

Setiap anak memiliki tingkat adaptasi yang berbeda. Pelajari karakter anak Anda agar Anda bisa menyesuaikan masa transisi ini dengan kebutuhannya. Intinya, Anda perlu memperkenalkan dan membiasakan anak Anda dengan tiga hal baru, yaitu: teman-teman, guru dan peraturan. Ikuti tiga tahap berikut ini pada waktu kita mempersiapkan si kecil menuju kelas pertamannya :
  • Trial
Ajak anak melihat-lihat dulu apa yang akan dihadapinya. Dan ikuti sesi trialnya yang biasanya dibuka oleh pihak sekolah sebelum anak terdaftar sebagai murid disana. Kenalkan pada guru, lingkungan sekolah mulai dari kelas-kelas, playground sampai toiletnya.
  • Try Out
Latih kemandiriannya sejak di rumah. Seperti bangun pagi, sarapan, mempersiapan perlengkapan. Dukung aktivitas hariannya yang baru.
  • Take off
Perkenalkan lingkungan kelasnya selama seminggu pertama. Lalu ucapkan selamat tinggal dengan penuh kasih sayang dan tinggalkan anak dengan cepat. Jika acara ‘perpisahan’ terlalu lama anak malah akan semakin berlama-lama dengan Anda dan Anda juga semakin sulit meninggalkannya.
mas baim
Bagi yang tertarik dengan senam baru TK versi Aisyiyah
Silahkan lihat disini


Atau mau lihat keceriaan anak-anak TK Aisyiyah dapat dilihat disini
 
Senam sehat senam gembira silahkan lihat disini


 





mas baim
Melatih anak-anak gampang-gampang susah, gampang atau mudah bila anak yang kita latih cepat paham dengan apa yang disampaikan oleh pelatih, susah apabila anak dilatih tidak paham dan mengerti apa yang disampaikan. ada keterkaitan dengan perkembangan pembentukan sejak awal dari anak tersebut?

Perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap mahkluk. Perkembangan anak meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif dan psikososial. Perkembangan fisik berkaitan dengan perkembangan gerakan motorik, yakni perkembangan gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara saraf, otak, otot, tulang dan lainnya. 

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus.  Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar  seperti kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga daln lain-lain. 



Sedangkan perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang banyak dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih, seperti memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menulis dan lain-lain. Perkembangan motorik secara umum bergantung pada kematangan otot dan saraf. 

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik selain genetik, kondisi pralahir, gizi dan kecerdasan juga stimulasi. Perkembangan kognitif adalah perkembangan anak dalam mengembangkan kemampuan berfikir, seperti kemampuan memecahkan masalah, mengingat, dan penguasaan bahasa. Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berhubungan dengan perasaan atau emosi dan interaksi anak dengan lingkungannya.  

 Pada manusia terutama pada masa anak-anak, proses perkembangan terjadi sangat cepat. Tiga tahun pertama dalam kehidupan anak-anak merupakan masa yang paling sensitif karena masa tersebut dikaitkan dengan the golden age atau masa pesat perkembangan otak. 

Pesatnya perkembangan otak dalam periode ini ditandai dengan pertambahan berat otak dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga.  


Oleh karena golden age merupakan masa yang tepat untuk memberi bekal yang kuat pada anak serta menggali potensi kecerdasan anak sebanyaknya.  Dalam perkembangan anak, pemberian makanan bergizi jelas sangat penting. Namun harus  diperhatikan juga faktor emosi (kasih sayang, rasa aman) dan stimulasi.  

Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan).

Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar  pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. 

Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat.
semoga bermanfaat!

dari berbagai sumber