mas baim
Tips Cara Mendidik Anak dengan Baik dan Positif 

Tips mendidik anak – Semua orang tua, tentunya menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang berguna, berbakti kepada kedua orang tua, agama dan negara.
Merupakan suatu kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anak, agar supaya, jika besar nanti, anak tersebut sesuai dengan apa yang di harapkan. Patuh kepada ajaran-ajaran agama dan tidak melanggar hukum atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Untuk itu, kiranya Anda harus mempunyai cara-cara tersendiri untuk mendidik anak, tips cara mendidik anak yang baik dan positif.
1. Ajarilah anak untuk mencintai dan menyayangi dirinya sendiri.
Caranya : Perhatikan diri Anda sendiri terlebih dahulu. Selalu sediakan waktu bagi diri Anda pribadi di tengah kesibukan harian Anda. Sediakan waktu bagi Anda untuk berolahraga, merawat diri, dan meluangkan waktu bagi pengembangan pribadi Anda. Sadarkah Anda bahwa orangtua yang tidak menghargai dirinya sendiri akan membesarkan anak dengan sifat serupa!
2. Luangkan waktu yang berkualitas setiap hari.
Tunjukkan betapa Anda sungguh bergembira atas kehadirannya. Jadilah ‘Ahli Gembira’ bagi putra-putri Anda. Ubahlah waktu mengerjakan tugas harian menjadi momen yang berharga dan istimewa. Bernyanyi, memeluk, berbagi tawa dan cerita dapat membuat saat-saat biasa menjadi tak terlupakan.

3. Jadilah pendengar yang baik.
Hal ini bukanlah hal yang mudah bagi orangtua. Betapa sering orangtua menyela dan sibuk dengan nasehat-nasehat bahkan pada saat anak belum selesai berbicara? Simpanlah kekuatiran-kekuatiran Anda pada saat mendengarkan. Cobalah untuk mendengarkan anak Anda sepenuhnya tanpa menghakimi. Anda perlu menahan diri untuk tidak memikirkan atau memberikan pendapat Anda sendiri. Dengarkan mereka dengan hati yang terbuka dan penyayang. Lupakanlah diri Anda dan tempatkanlah diri Anda pada sudut pandang anak Anda. Ajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai ganti dari memberikan pendapat. Cara orangtua mendengarkan tanpa menghakimi akan membuat anak merasa diterima dan dimengerti.
4. Seringlah tertawa, sebab kegembiraan itu menular!
Anggaplah pada saat ini diri Anda terpilih untuk melakukan tantangan ’30 hari tersenyum bersama keluarga’ ! Anda akan menyaksikan keajaiban dari kegembiraan dan kasih sayang yang Anda bawa kepada orang-orang di sekitar Anda. Buatlah momen sehari-hari menjadi luar biasa berkat kegembiraan dan semangat yang Anda bawa ke dalamnya.
5. Berilah pengakuan dan penghargaan.
Latihlah mulai dari diri Anda sendiri untuk memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan, bahkan yang paling kecil sekalipun, yang telah Anda lakukan hari ini. Ajarlah diri Anda untuk memberikan penghargaan yang tulus atas tugas-tugas sederhana yang Anda berhasil Anda selesaikan. Penghargaan ini akan memberi semangat baru dalam hidup Anda untuk menjalankan tugas yang lebih besar.
Luangkanlah waktu 5 menit bagi diri Anda setiap harinya untuk memikirkan dan menuliskan kesuksesan-kesuksesan yang telah Anda raih hari ini. Rasakanlah bagaimana hidup Anda berubah, nikmatilah semangat baru yang mengisi setiap kegiatan Anda. Bagikanlah penghargaan ini juga kepada anak-anak Anda. Berikanlah pujian, pengakuan dan penghargaan yang tulus kepada mereka. Ingat, penghargaan yang baik menekankan pada tindakan, bukan pada prestasi yang dicapai.
6. Disiplinkan anak dengan hormat.
Ajarkanlah anak turut bertanggung jawab atas tugas-tugas rutin dalam rumah tangga. Anak yang secara aktif turut dilibatkan dalam tugas rutin dalam rumah tangga pada masa dewasanya akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar.
Perbaiki kesalahan mereka dengan kelembutan namun Anda harus terus-menerus konsisten. Berikan konsekuensi yang wajar dari pelanggaran dengan tujuan untuk mengajarkan tanggung jawab. Janganlah memarahi apalagi mempermalukan anak di depan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat.
Ajaklah mereka ke tempat sepi untuk berbicara hanya empat mata dengan Anda. Berikan pengertian sejelas-jelasnya mengapa tindakannya salah. Mintalah anak meminta maaf bila ia berbuat salah. Anda pun perlu meminta maaf kepada anak di saat-saat Anda bersalah atau melalaikan janji Anda kepada mereka. Disiplinkanlah anak tanpa menunjukkan kuasa dan kemarahan Anda, maka anak akan belajar tumbuh dengan pengendalian diri yang tinggi. Sampaikan pesan kepada mereka bahwa meskipun perilaku mereka masih perlu ditingkatkan, namun Anda sebagai orangtua tetap menyayangi dan menyukai mereka.
7. Berilah ruang bagi putra-putri Anda untuk melakukan kesalahan.
Ingatlah, bahwa setiap orang, apalagi seorang anak, berhak untuk melakukan kesalahan. Kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Temukanlah kebaikan dalam kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, maka anak Anda akan belajar untuk berani berjuang menghadapi tantangan dan resiko.
8. Tanamkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan semangat saling membantu.
Tunjukkanlah dalam keseharian Anda bagaimana Anda selalu konsisten dengan nilai-nilai ini. Libatkan juga putra-putri Anda dalam kegiatan sosial yang secara rutin Anda lakukan. Putra-putri Anda pun akan tumbuh dengan karakter positif yang kuat dalam diri mereka.
9. Fokuskanlah perhatian Anda pada hal-hal yang berjalan benar.
Milikilah keyakinan yang meneguhkan keluarga Anda di saat-saat sulit. Anak-anak Anda akan belajar menjadi pribadi yang optimis dan bersyukur setiap hari. Latihlah sikap positif dengan menemukan hal-hal positif dalam setiap hari Anda dan bersyukurlah atasnya selalu.
Cintailah anak Anda dengan tulus tanpa syarat, dan ungkapkanlah besarnya kasih sayang Anda tersebut kepada mereka. Anak yang berada dalam kasih sayang yang tulus akan tumbuh dengan lebih bergembira, percaya diri, menyenangkan, serta dapat diandalkan.
sumber

 

mas baim

10 Kesalahan Mendidik Anak

Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya. 
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :
1. Kurang Pengawasan
Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu Muka
Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.
5. Bertengkar Dihadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.
7. Mengabaikan Kata Hati
Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu”.
8. Terlalu Banyak Nonton TV
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
10. Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.
mas baim
Ditjen PAUDNI Gelar Forum Internasional Terkait Pendidikan Keaksaraan dan Kecakapan Hidup

JAKARTA – Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak  Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) menggelar International Policy Forum on Literacy and Life Skills Education for Vulnerable Youth Through Community Learning Centres di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (20/8/2013).
Forum internasional yang  berlangsung dari tanggal 20-22 Agustus 2013 ini diikuti 50 peserta internasional  dan  60 peserta Indonesia. Dengan tujuan meningkatkan penyediaan kesempatan belajar bagi remaja rentan  untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan dan kecakapan hidup.
Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi mengatakan  pendidikan keaksaraan merupakan hal penting dalam membangun pendidikan inklusif, konprehensif dan terintegrasi dalam rangka meningkatakan kualitas sumber daya manusia.
Upaya ini  setidaknya berangkat  dari Komferensi Internasianal Pembelajaran dan Pendidikan Orang Dewasa ke-6 (CONFINTEA VI) di BelĂ©m, Brazil pada Desember 2009 lalu.
Forum yang dihadiri 155 negara anggota UNESCO, mitra lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah pemangku kepentingan lain ini menetapkan perlunya memanfaatkan kekuatan dan mendorong potensi orang dewasa demi masa depan yang lebih baik.
“Pelayanan pendidikan berdaya guna untuk mengatasi kemiskinan, dan permasalahan sosial lainnya  dengan berbasiskan nilai-nila inklusif, humanistik dan demokrasi untuk remaja/pemuda, orang dewasa bahkan lansia,” kata Lydia dalam kata sambutannya, Selasa  (20/8/2013).
Untuk mengatasi pendidikan   orang dewasa agar tidak terbengkalai, Ditjen PAUDNI memfokuskan diri pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).  Ada dua alasan.  Pertama, mencetak generasi emas lewat ketersediaan layanan PAUD. Kedua, menyiapkan anak-anak secara akademis sebelum mereka mengeyam pendidikan dasar.
Seperti diketahui target Angka Partisipasi Kasar (APK)  Ditjen PAUDNI dalam melayani pendidikan anak usia dini sebesar 75 persen.
Menurut Lydia program pendidikan keorangtuaan disempurnakan dengan adanya penyediaan program multi keaksaraan orang dewasa. Tercatat tahun 2012 jumlah tuna aksara antara usia 15-59 tahun mencapat 4,21 persen atau sama dengan 6.401.522 orang. Sementara di tahun 2013 diharapkan terjadi penurunan  sebesar 4,03 persen.
“Ditjen PAUDNI menyediakan layanan mutikeaksaraan yang terintegritasi dengan program keaksaraan usaha mandiri, pengembangan budaya baca masyarakat, pengarusutamaan gender bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan serta pendidikan keorangtuaan,”  ujar  Lydia yang juga psikolog itu.
Forum yang dimulai pada pukul 8.00 pagi ini terselenggara atas kerja sama dengan UNESCO (Bangkok dan Kantor Jakarta dan UNESCO Institute for Lifelong Learning [UIL]), pemerintah Indonesia dan the Asia South Pacific Association for Nasic and Adult Education (ASPBAE).
Hadir pula dalam forum Menteri Kordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan istrinya Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa serta anaknya Siti Rubi Aliya Rajasa, Wakil Menteri Bidang Pendidikan Kemendikbud Musliar Kasim, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Arief Rachman,  dan Para Pejabat Eselon 1 Kemendikbud, perwakilan dari UNESCO, UNESCO Bangkok dan UNESCO Dhaka,
Sementara Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat yang juga Panitia Penyelenggara Ella Yulaelawati, Director of UNESCO Office Jakarta Hubert Gijzen, Deputy Director UNESCO Institute Carolyn Medel-Anonuevo dan juga Wakil Menteri Musliar Kasim masing-masing  memberikan samnbutan dalam pembukaan forum.[Galih Prasetyo]
sumber

 

mas baim
Mencetak Anak Cerdas  

Anak cerdas tentu dambaan setiap  orang, sebab kecerdasan merupakan modal tak ternilai bagi si anak untuk  mengarungi kehidupan di hadapannya. Beruntung kecerdasan yang baik ternyata  bukan harga mati, melainkan dapat diupayakan.

Dr. Bernard Devlin dari Fakultas  Kedokteran Universitas Pittsburg, AS, memperkirakan faktor genetik cuma  memiliki peranan sebesar 48% dalam membentuk IQ anak. Sisanya adalah faktor  lingkungan, termasuk ketika si anak masih dalam kandungan. 

Untuk menjelaskan peran genetika  dalam pembentukan IQ anak, seorang pakar lain di bidang genetika dan psikologi  dari Universitas Minnesota, juga di AS, bernama Matt McGue, mencontohkan, pada  keluarga kerajaan yang memiliki gen elit, keturunannya belum tentu akan memiliki  gen elit. ”Keluarga bangsawan yang memiliki IQ tinggi umumnya hanya sampai  generasi kedua atau ketiga. Generasi berikutnya belum diketahui secara pasti,  karena mungkin saja hilang, meski dapat muncul kembali pada generasi kedelapan  atau berikutnya”, ungkap McGue. ”Orang tua yang memiliki IQ tinggi pun bukan  jaminan dapat menghasilkan anak ber-IQ tinggi pula.” Ini menunjukkan genetika  bukan satu-satunya faktor penentu tingkat kecerdasan anak.

Faktor lingkungan, dalam banyak  hal, justru memberi andil besar dalam kecerdasan seorang anak. Yang dimaksud  tak lain adalah upaya memberi ”iklim” tumbuh kembang sebaik mungkin sejak si  anak masih dalam kandungan agar kecerdasannya dapat berkembang optimal. Dengan  gizi dan perawatan yang baik misalnya, si Polan bisa cerdas. Atau dengan  menjaga kesehatan secara baik dan menghindari racun tubuh selagi ibunya  mengandung dia, si Putri dapat memiliki intelegensia baik. Begitu pula dengan  memberikan kondisi psikologis yang mendukung, angka IQ si Tole lebih tinggi  dari teman sebayanya. Gizi, perawatan, dan lingkungan psikologis itulah faktor  lingkungan penentu kecerdasan anak.

Kisah Helen dan Gladys, sepasang  bayi kembar, bisa menjadi salah satu buktinya. Pada usia 18 bulan mereka  dirawat secara terpisah. Helen hidup dan dibesarkan dalam satu keluarga bahagia  dengan lingkungan yang hidup dan dinamis. Sedangkan Gladys dibesarkan di daerah  gersang dalam lingkungan ”miskin” rangsangan intelektual. Ternyata saat  dilakukan pengukuran, Helen memiliki angka IQ 116 dan berhasil meraih gelar  sarjana dalam bidang Bahasa Inggris. Sebaliknya Gladys terpaksa putus sekolah  lantaran sakit-sakitan dan IQ-nya 7 angka di bawah saudara kembarnya.

Gizi dan Perilaku Ibu
Dr. Devlin menemukan bukti bahwa  keadaan dalam kandungan juga sangat berpengaruh pada pembentukan kecerdasan.  ”Ada otak substansial yang tumbuh dalam kandungan”, jelasnya. ”IQ sangat  tergantung pada bobot lahir bayi. Anak kembar, rata-rata memiliki IQ 4 - 7  angka di bawah anak lahir tunggal karena umumnya bayi kembar memiliki bobot  badan lebih kecil”, tambahnya.

Lebih dari 20 tahun terakhir  berbagai penelitian juga mengungkapkan korelasi positif antara gizi, terutama  pada masa pertumbuhan pesat, dengan perkembangan fungsi otak. Ini berlaku sejak  anak masih berbentuk janin dalam rahim ibu. Pada janin terjadi pertumbuhan otak  secara proliferatif (jumlah sel bertambah), artinya terjadi pembelahan sel yang  sangat pesat. Kalau pada masa itu asupan gizi pada ibunya kurang, asupan gizi  pada janin juga kurang. Akibatnya jumlah sel otak menurun, terutama cerebrum  dan cerebellum, diikuti dengan penurunan jumlah protein, glikosida, lipid, dan  enzim. Fungsi neurotransmiternya pun menjadi tidak normal.

Dengan bertambahnya usia janin  atau bayi, bertambah pula bobot otak. Ukuran lingkar kepala juga bertambah.  Karena itu, untuk mengetahui perkembangan otak janin dan bayi berusia kurang  dari setahun dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan mengukur  lingkar kepala janin.

Begitu lahir pun, faktor gizi  masih tetap berpengaruh terhadap otak bayi. Jika kekurangan gizi terjadi  sebelum usia 8 bulan, tidak cuma jumlah sel yang berkurang, ukuran sel juga  mengecil. Saat itu sebenarnya terjadi pertumbuhan hipertropik, yakni  pertambahan besar ukuran sel. Penelitian menunjukkan, bayi yang menderita kekurangan  kalori protein (KKP) berat memiliki bobot otak 15 - 20% lebih ringan  dibandingkan dengan bayi normal. Defisitnya bahkan bisa mencapai 40% bila KKP  berlangsung sejak berwujud janin. Karena itu, anak-anak penderita KKP umumnya  memiliki nilai IQ rendah. Kemampuan abstraktif, verbal, dan mengingat mereka  lebih rendah daripada anak yang mendapatkan gizi baik.

Asupan zat besi (Fe) juga diduga  erat kaitannya dengan kemampuan intelektual. Untuk membuktikannya, Politt  melakukan penelitian terhadap 46 anak berusia 3 - 5 tahun. Hasilnya  menunjukkan, anak dengan defisiensi zat besi ternyata memiliki kemampuan  mengingat dan memusatkan perhatian lebih rendah. Penelitian Sulzer dkk. juga  menunjukkan anak menderita anemia (kurang darah akibat defisiensi zat besi) mempunyai  nilai lebih rendah dalam uji IQ dan kemampuan belajar.

Maka atas dasar hasil penelitian  tadi, kita bisa mengatur makanan anak sejak janin. Ketika anak masih dalam  kandungan, si ibu mesti makan untuk kebutuhan berdua dengan gizi yang baik.  Perilakunya juga mesti dijaga agar tidak memberi pengaruh buruk terhadap janin.  Pasalnya, perilaku ”buruk”ibu hamil, merokok misalnya, ternyata juga menjadikan  IQ anak rendah.

Penelitian David L. Olds et. al.  (1994) dari Departement of Pediatrics, University of Colorado di Denver, AS,  menunjukkan bayi-bayi yang lahir dari ibu perokok memiliki faktor potensial  ber-IQ rendah, seperti bobot lahir rendah, lingkar kepala lebih kecil, lahir  prematur, dan perawatan saat di ICU lebih lama dibandingkan dengan bayi dari  ibu tidak merokok selama hamil. Anak dari ibu perokok selama hamil pada usia 12  - 24 bulan memiliki nilai IQ 2,59 angka lebih rendah, pada 36 - 48 bulan  memiliki nilai IQ 4,35 angka lebih rendah ketimbang IQ anak dari ibu tidak  merokok saat hamil.

Menurut David, asap rokok diduga  akan mengurangi pasokan oksigen yang sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan  sistem syaraf janin. Nikotin rokok akan membuat saluran utero-plasental  menyempit. Akibatnya, sel-sel otak bayi akan menderita hypoxia atau kekurangan  oksigen. Asap rokok juga akan memicu terjadinya proses carboxy hemoglobin,  yaitu sel-sel darah yang semestinya mengikat oksigen malah mengikat CO dari  asap rokok. Selain itu, asap rokok juga mengandung sekitar 2.000 - 4.000  senyawa kimia beracun yang secara langsung mengganggu dan merusak berbagai  proses tumbuh kembang sel-sel dan sistem syaraf.

Merokok selama hamil juga  berpengaruh pada kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam proses tumbuh  kembang sel otak. Misalnya, kebutuhan zat besi akan meningkat karena harus  memenuhi keperluan pembentukan sel-sel darah yang banyak mengalami kerusakan.  Hal ini akan mengurangi kemampuan dan persediaan zat gizi lainnya, seperti vit.  B-12 dan C, asam folat, seng (Zn), dan asam amino. Zat-zat gizi tsb. dilaporkan  sangat diperlukan dalam proses tumbuh kembang sel-sel otak janin. Jika terjadi  kekurangan zat-zat gizi esensial, proses tumbuh kembang otak tidak optimal,  sehingga nilai IQ pun menjadi lebih rendah.
Setelah lahir, asupan gizi bagi  bayi juga harus dijaga tetap baik. Idealnya, anak mendapatkan ASI secara  eksklusif sampai usia 4 - 6 bulan. Jenis makanan, selain ASI, untuk bayi dan  anak balita sebaiknya dibuat dari bahan makanan pokok (nasi, roti, kentang,  dll.), lauk pauk, bebuahan, air minum, dan susu sebagai sumber protein dan  energi. Jangan lupa, bahan makanan harus diolah sesuai tahap perkembangan dari  lumat, lembek, selanjutnya padat. Secara keseluruhan asupan makanan sehari  harus mengandung 10 - 15% kalori dari protein, 20 - 35 % dari lemak, dan 40 -  60% dari karbohidrat.

Menu seimbang diberikan sesuai  kebutuhan dan tidak berlebihan. Sejak awal balita, jika memungkinkan, anak  diberi susu sebanyak 500 ml. Namun, jika ASI cukup, susu pengganti tidak perlu  diberikan hingga usia dua tahun.

Perhatian juga mesti diberikan  terhadap jadwal pemberian makanan. Makan besar tiga kali (sarapan, makan siang,  dan malam), makan selingan (makan kecil) dua kali yang diberikan di antara dua  waktu makan besar, air minum diberikan setelah makan dan ketika anak merasa  haus, serta susu diberikan dua kali, yakni pagi dan menjelang tidur malam.

Untuk mengetahui kecukupan gizi  pada anak ada dua cara yang bisa digunakan. Pertama cara subjektif, yakni  mengamati respon anak terhadap pemberian makanan. Makanan dinilai cukup jika  anak tampak puas, tidur nyenyak, aktifitas baik, lincah, dan gembira. Anak  cukup gizi biasanya tidak pucat, tidak lembek, dan tidak ada tanda-tanda  gangguan kesehatan.

Cara kedua adalah dengan  pemantauan pertumbuhan secara berkala. Cara ini dilakukan dengan mengukur bobot  dan tinggi anak, dilengkapi dengan mengukur lingkar kepala pada anak sampai  usia 3 tahun. Hasil pengukuran dibandingkan dengan data baku untuk anak sebaya.  Jika ditemukan tanda-tanda kurang sehat, seperti pucat atau rambut tipis dan  kemerahan, anak perlu diperiksa secara medis. Ada baiknya juga dilakukan  pemeriksaan psikologis, terutama bila ada kemunduran prestasi belajar.

Tempat Tinggal dan Cerita
Selain faktor gizi dan perawatan,  apa yang dilihat, didengar, dan dipelajari anak, sejak dalam kandungan sampai  usia lima tahun, sangat menentukan intelegensia dasar untuk masa dewasanya  kelak. Setelah usianya melewati lima tahun, secara potensial IQ-nya telah  tetap. Dengan begitu, masa itulah merupakan kesempatan emas bagi kita untuk  memacu tingkat kecerdasan anak.

Menurut Jean Piaget, psikolog  dari Swis, semakin banyak hal baru yang dilihat dan didengar, si anak akan  semakin ingin melihat dan mendengar segala sesuatu yang ada dan terjadi di  lingkungannya. Karenanya disarankan agar orang tua memperkaya lingkungan tempat  tinggal (kamar tidur atau kamar bermain) bayi dengan warna dan bunyi-bunyian  yang merangsang. Umpamanya, gambar-gambar binatang atau bunga, musik, kicauan  burung, dsb. Semuanya mesti tidak menimbulkan ketakutan dan kegaduhan pada  anak.

Para pakar juga yakin lingkungan  verbal bagi anak juga tak kalah pentingnya. Bahasa yang didengarkan anak bisa  meningkatkan atau menghambat kemampuan dasar berpikirnya. Penelitian hal ini  dilakukan psikolog Rusia. Ia membayar para ibu keluarga miskin untuk membacakan  cerita dengan suara keras untuk bayi mereka masing-masing selama 15 - 20 menit  setiap hari. Menjelang berusia 1,5 tahun, bayi menjalani pengukuran. Hasilnya,  bayi-bayi itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik ketimbang bayi-bayi  seusianya di daerah yang sama.

Penelitian lain dilakukan di  sebuah sekolah perawat di New York, AS, terhadap dua kelompok anak usia tiga  tahun. Masing-masing anak diperlakukan secara berbeda. Kelompok pertama diberi  pelajaran berbahasa selama 15 menit setiap hari. Kelompok kedua diberi  perhatian khusus juga selama 15 menit tanpa pelajaran bahasa. Setelah 4 bulan  ternyata kelompok pertama mendapatkan kenaikan intelegensia rata-rata sebesar  14 angka. Sedangkan kelompok kedua kenaikan rata-ratanya cuma 2 angka.

Nah, untuk mendapatkan anak cerdas ternyata  gampang. Cuma dengan memberi makanan sehat, perawatan baik, dan lingkungan  psikologis yang mendukung sejak dalam kandung hingga usia lima tahun, besar  kemungkinan harapan kita akan tercapai.

mas baim
Ada Apa dengan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia? 

"What's Wrong with The Early Childhood Education in Indonesia?" Begitu judul acara seminar kecil bersama Profesor Sandralyn Byrnes dari Royal Tots Academy yang digelar saat event Giggle Playgroup Day 2011, gelaran Miniapolis & Giggle Management, Jumat, 11 Februari 2011.

Apa yang salah dengan pendidikan anak usia dini di Indonesia? Saat ini sudah ada begitu banyak lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini yang berdiri di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Mulai dari yang bersertifikasi internasional, berlatar agama, hingga lainnya. Begitu banyaknya penawaran dan embel-embel tersebut, tak heran orangtua kebingungan harus memilih yang mana yang tepat untuk anak.

Selama 7 tahun meriset dan mencari tahu mengenai proses pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes menemukan beberapa hal yang mengganjal. "Pertama, pendidikan anak usia dini tidak memiliki kurikulum yang universal," ungkap Byrnes yang merupakan kepala sekolah Royal Tots Academy, Kuningan, Jakarta. 


Tidak adanya standar universal membuat begitu banyak sekolah untuk anak usia dini yang bermunculan. "Belum ada yang membuat batasan, di usia anak sekian, ia harus sudah bisa melakukan apa saja. Jadi, beda sekolah, beda standar. Padahal tak sedikit yang menggunakan embel-embel 'internasional'. Embel-embel tersebut ternyata tidak menjadi jaminan kualitasnya," papar Byrnes yang diberi gelar sebagai Australia's & International Teacher of the Year.

"Namun, pada umumnya, kita semua tahu bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini," terang Byrnes yang berasal dari Australia ini.

Lebih lanjut, Byrnes mengungkapkan salah satu hal yang membuatnya kecewa adalah sering terjadi power struggle (tarik-ulur kekuatan) antara anak dengan gurunya. Ini bisa menjadi indikasi bahwa kurikulum atau cara guru mengajar membuat anak tidak merasa kerasan. Seharusnya sumber daya pengajar memiliki pengetahuan bagaimana cara menghadapi anak-anak, karena setiap anak berbeda.

Menurut Byrnes, beberapa lembaga pendidikan usia dini yang ia datangi di Indonesia tidak konsisten. Bahkan, beberapa sekolah anak usia dini yang ia temui memperbolehkan pengasuhnya ikut ke dalam kelas. "Buat saya, pengasuh mengambil alih otoritas orangtua. Saya tidak menyarankan pengasuh ke dalam ruang kelas. Ada alasannya. Anak-anak harus belajar mandiri. Saya pernah melihat dalam kelas ada seorang anak yang selalu dipangku pengasuhnya. Begitu guru mengajaknya belajar, ia malah memeluk pengasuh dan menolak diajak guru. Artinya, mereka tidak berani melakukan sesuatu. Anak-anak usia dini seharusnya pengambil risiko," terang Byrnes.

Byrnes mengungkap kembali bahwa saat ini pendidikan anak usia dini di Indonesia belum merata, bahkan sertifikasinya pun tidak menjadi jaminan. "Jika Anda mau pendidikan yang terbaik untuk anak-anak, maka pencarian sekolah pendidikan anak usia dini menjadi pekerjaan rumah terpenting para orangtua. Cari dengan hati-hati, jangan tergesa-gesa," sarannya.

Perlu diketahui lagi, ungkap Byrnes, pendidikan anak usia dini di Indonesia tidak sama, karena tidak disubsidi pemerintah seperti kebanyakan negara lain. "Karena itu, lihatlah uang sekolah untuk anak di usia dini sebagai investasi. Ketahuilah bahwa proses pendidikan anak tidak dimulai dari sekolah dasar, tetapi dari 18 bulan," ungkap Byrnes.

Yang jadi masalah di lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia, tegas Byrnes, adalah kurangnya pelatihan guru-guru agar terus menjadi lebih baik, tak adanya kerjasama antara sekolah dengan orangtua, dan kurang kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini lainnya. 
sumber
mas baim
Dr. Gutama : “SUKSES = GAIRAH + VISI + AKSI”

Bekerja dalam profesi apapun, baik sebagai Pamong Belajar, pendidik PAUD,   jangan asal kerja, tetapi harus paham untuk apa kita bekerja. Kalau menangani PAUD,  harus memahami apa sesunggguhnya yang mesti dilakukan. Jadi kalau tidak paham, tidak jelas, untuk apa kita bekerja. Harus jelas dulu filosofinya. Percuma kita bekerja, kalau tidak meyakini apa yang sebenarnya mau dilakukan. Hal Tersebut disampaikan Sekretaris Dirjen PAUDNI Dr. Gutama ketika memberikan pengarahan pada kegiatan Workshop Pengembangan Program PAUD dengan UPT PAUDNI.(13/6/2013)

Pada kesempatan tersebut Dr. Gutama menyampaikan, sukses atau keberhasilan itu adalah persenyawaan dari gairah + visi + aksi. Gairah itu semangat. Semangat mengggebu-gebu,  tetapi tidak ada aksi seperti mimpi saja. Gairah menggebu-gebu, ada aksi, tetapi tidak ada visi jadinya serba tanggung, seperti badan tidak bisa membedakan rasa, yang penting kerja saja tapi tidak bisa menikmati.

Selanjutnya beliau mengungkapkan, visi adalah sesuatu menjadi impian apa yang ingin dicapai. Kita harus selalu belajar untuk menjadi sukses. Visi harus selalu di pupuk. Dalam agama jelas mengajarkan, bahwa kita tidak akan merubah nasib kalau bukan kita sendiri yang mengubahnya. Selain itu, visi adalah keyakinan lamunan yang juga dilandasi tuntunan dari Tuhan yang menciptakan. Untuk mencapai hal tersebut, harus berbuat dan menyakini apa yang dilakukan adalah ibadah. Kalau kita mendapatkan sebuah posisi itu adalah amanah. Ini adalah bagian dari visi. Orang yang punya visi jelas, biasanya konsisten,  tidak kaku, dan koleganya banyak.

Ada satu pesan yang selalu saya ingat dari orangtua “kalau kamu nanti punya suatu yang lebih, itu adalah godaan”. Godaan yang paling berat adalah kemewahan, punya uang banyak, punya jabatan. Tapi godaan yang tidak berat adalah kesedihan, sakit, otamatis orang akan mudah berdoa, bersikir, dan shalat. Tetapi ketika bahagia umumnya lupa, ungkap Dr. Gutama.

Jadi apa visi kita di PAUD,  visi kita adalah, begitu kita ambil sedikit saja bagian kepada calon generasi kedepan dan itu baik, bagus, dan dia bisa mengubah lingkungannya, masyarakatnya apalagi negaranya lebih hebat. Berarti kita ikut andil menciptakan sesuatu yang bagus. Walaupun hanya satu saja, tapi bisa berubah dan menjadi bagus, Insya Alllah akan enaklah. Tetapi kalu kita tidak mau punya prinsip seperti itu,  yang penting kita kerjakan, apalagi nantinya jadi kasubdit, direktur, uang banyak, perintah sana-sani, maka kita akan sesat. Maka ketika diberi posisi yang bagus tetap bersifat tawakkal, dan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT.

Gairah adalah semangat yang menggairahkan di kita adalah reward. Dalam bentuk kolega, mitra, teman, dukungan anggaran, dan sarana prasarana.  Jika ada gairah, semangat, kita punya rasa bangga, visi yang jelas, maka kita punya keyakinan untuk membuat generasi kedepan lebih bagus. kemudian ada aksi yang bisa dilakukan, itulah sukses.

UPT PAUDNI dalam melaksanakan misinya perlu ada life site, sebagai publikasi dari cerminan dari aksi. Tanpa itu semua itu nonsen, dan yakin orang tidak akan percaya. UPT boleh dikatakan litbang yang minimal harus mempunyai hasil riset, tetapi UPT tidak,  UPT harus punya  binaan kongkrit  yang  dicontoh masyarakat. Aksi inilah yang disebut dengan life site dimana ada produknya, jelas kreditnya, dan bisa dicontoh.  Life site tidak perlu dikampus, bisa dimasyarakat, bisa join, dan bisa dimanapun, itu rumusannya, Ungkap Dr. Gutama mengakhiri pengarahannya.(@dr1)
mas baim
Apresiasi Jurnalistik 2013 
Persyaratan dan Kriteria
  1. Peserta adalah wartawan dan masyarakat umum.
  2. Tulisan harus mengacu pada tema “Membangun Masa Depan Anak yang Berkualitas dan Berkarakter Melalui PAUD” yang telah diterbitkan di Media Nasional/Daerah periode Januari  s.d. 31 Agustus 2013.
  3. Setiap peserta dapat mengirimkan lebih dari 1 (satu) naskah yang telah dimuat di media cetak/online selama periode tersebut.
  4. Tulisan dapat berupa berita, feature, artikel/opini, dan bukan berita kilas/singkat.
  5. Tulisan harus asli/bukan saduran atau plagiat, memuat data dan fakta, memiliki tehnik dan struktur penulisan yang baik, serta memiliki solusi pemecahan masalah.
  6. Hasil tulisan dapat dibuat oleh perorangan atau kelompok.
  7. Tulisan belum pernah diikutsertakan dalam lomba sejenis.
  8. Direktorat Pembinaan PAUD berhak mempublikasikan ulang karya para pemenang.
Mekanisme dan Penilaian
  1. Peserta mengirimkan naskah asli yang telah dimuat di media cetak/online.  Softcopy tulisan dikirim ke alamat email:  kemitraan.paud@kemdikbud.go.id
  2. Peserta melampirkan fotokopi KTP atau fotokopi kartu pers bagi wartawan, fotokopi NPWP, serta nomor telepon yang dapat dihubungi.
  3. Naskah yang masuk ke panitia selanjutnya akan dilakukan seleksi oleh tim penilai untuk menentukan nominasi.  Nominasi pemenang yang telah ditetapkan, selanjutnya akan diundang ke Jakarta pada bulan Oktober 2013 untuk melakukan presentasi sekaligus penentuan Pemenang I, II, III Tingkat Nasional oleh Tim Juri dan pemberian Penghargaan.
  4. Keputusan tim juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
  5. Setiap tulisan/naskah yang diterima oleh Direktorat Pembinaan PAUD tidak dapat dikembalikan atau menjadi dokumen Direktorat Pembinaan PAUD.
Waktu Pelaksanaan dan Alamat Pengiriman
Naskah dikirim paling lambat tanggal 20 September 2013 stempel pos ke: 
Panitia Apresiasi Jurnalistik PAUD Tingkat Nasional Tahun 2013.  Up.  Subdit Kelembagaan dan Kemitraan.  Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,  Direktorat Jenderal PAUDNI,  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E lantai 7, Jl. Jenderal Sudirman Senayan, Jakarta 10270. 
Email: kemitraan.paud@kemdikbud.go.id

Hadiah
Juara I                                     Rp.  20.000.000,-
Juara II                                    Rp.  15.000.000,-
Juara III                                   Rp.  10.000.000,-
Setiap pemenang akan mendapatkan trophy dan piagam penghargaan.
Info lengkap kunjungi:disini
 C.P. Subdit Kelembagaan dan Kemitraan Direktorat Pembinaan PAUD, Kemdikbud:  021-57900348 atau CP:  Meylina (081806729911) atau Asih (08159040708).
mas baim
Tenaga Terampil Dapat Disetarakan Dengan Sarjana

JAKARTA. Pemerintah siap menerapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada tahun 2015. KKNI merupakan penjenjangan kualifikasi, dan kompetensi tenaga kerja yang menyandingkan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan, serta pengalaman kerja. Melalui skema ini, seseorang yang memiliki keterampilan dengan tingkat tertentu dapat disetarakan dengan sarjana (S1), bahkan doktor (S3).

KKNI terdiri dari sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1 (satu) sebagai jenjang terendah sampai dengan 9 (sembilan) sebagai jenjang tertinggi. Seorang pekerja dengan jabatan operator, yang telah berpengalaman dan mengikuti sejumlah pelatihan kerja dapat disetarakan hingga diploma 1. Sedangkan teknisi atau analis yang memiliki jenjang 6 dapat disetarakan dengan sarjana, dan seorang ahli dengan jenjang 9 dapat disandingkan dengan seorang doktor.

“KKNI disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja,” ucap Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Lydia Freyani Hawadi, pada kegiatan Sosialisasi KKNI dalam Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja, Rabu (14/8).

Pada kegiatan yang diikuti oleh 19 kementerian tersebut, Lydia menguraikan bahwa kualifikasi yang terdiri dari 9 jenjang merupakan tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara nasional. KKNI terdiri atas dua bagian yaitu deskripsi umum dan deskripsi spesifik.

Deskripsi umum mendeskripsikan karakter, kepribadiaan, sikap berkarya, etika, moral yang  berlaku pada setiap jenjang. Sedangkan deskripsi spesifik mendeskripsikan cakupan keilmuan (science), pengetahuan (knowledge), pemahaman (know-how) dan keterampilan (skill) yang dikuasai seseorang bergantung pada jenjangnya.

Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Wartanto mengatakan berdasarkan Keppres Nomor 8 tahun 2012 tentang KKNI, penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pengalaman kerja dengan jenjang kualifikasi pada KKNI mempertimbangkan bidang dan lama pengalaman kerja, tingkat pendidikan, serta pelatihan kerja yang telah diperoleh. “Capaian pembelajaran dinyatakan dalam bentuk ijazah dan sertifikat kompetensi,” imbuh Wartanto.

Ia juga menegaskan bahwa KKNI merupakan upaya komprehensif untuk mensinkronkan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk itu seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja sama dalam memetakan kebutuhan tenaga kerja dan kompetensi yang harus dimiliki. “Proyeksi kebutuhan tenaga kerja harus mengacu pada potensi masing-masing daerah,” ucapnya.

Persiapan penerapan KKNI ini sejalan dengan potensi ekonomi Indonesia di masa mendatang. Dengan pertumbuhan yang relatif stabil pertahun, Indonesia diperkirakan menjadi kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2045. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam beberapa kesempatan menyebutkan, di tahun tersebut Indonesia membutuhkan 130 juta tenaga terampil. (Yohan Rubiyantoro/HK)