Boleh Kan Calistung di PAUD?
Oleh: Dewi Usmawati
“Di sekolah ini nanti anak-anak diajari baca tulis dan berhitung kan bu…?”
Pertanyaan ini sering dilontarkan orang tua murid ketika
mendaftarkan anaknya sekolah Taman Kanak-Kanak. Orang tua akan merasa
bangga jika putra putrinya bisa calistung lebih dini. Menurutnya anak
PAUD yang dapat membaca buku-buku cerita, dapat mengerjakan soal
matematika dan menulis apa pun itu adalah anak yang cerdas dan pintar.
Ego dan kurang pahaman orang tua terhadap hak anak menyebabkan
mereka menempuh jalan apa pun. Berbagai cara dilakukan oleh orang tua
agar anaknya sesuai dengan harapan mereka, misalnya memasukkan
putra-purtinya ke sekolah yang bisa memberikan materi calistung,
mengikutkan bimbingan belajar atau pun mengundang guru les di rumah.
Tak peduli berapa besaran biaya yang dikeluarkan, tak peduli apakah si
anak siap menerima “cekokan-cekokan“ yang pastinya anak belum mampu menyerap dengan baik karena memang belum saatnya.
Anak hanya sebagai obyek untuk memuaskan hati orang tua. Orang tua
bangga dengan kemampuan balitanya dalam membaca, menulis dan berhitung
(calistung).
Menjelang masuk sekolah dasar kegalauan orang tua akan semakin
menjadi ketika si anak belum mampu membaca, menulis dan berhitung. Tak
sedikit orang tua memaksa pihak sekolah untuk memberikan pelajaran
calistung di luar jam pelajaran.Karena tuntutan inilah akhirnya banyak
sekolah taman kanak-kanak yang berupaya memasukkan pelajaran calistung
di sekolahnya agar lulusannya “siap” di terima di sekolah dasar.
Keadaan ini diperparah lagi dengan persyaratan seleksi masuk sekolah
dasar yang menggunakan calistung sebagai dasar penerimaannya. Lagi-lagi
yang diuntungkan adalah orang dewasa, yaitu para guru di sekolah dasar.
Materi membaca, menulis dan berhitung bukanlah hal yang gampang
untuk dipelajari oleh anak-anak usia dini. Mereka harus berusaha keras
untuk memahami dan menggunakan penalarannya. Ini akan memberikan
pengalaman yang tidak menyenangkan bagi si anak, mereka akan mudah
jenuh , stress bahkan frustasi.
Usia dini adalah masa untuk bermain dan bereksplorasi. Bermain yang
terarah merupakan fondasi yang penting untuk perkembangan anak di
kemudian hari. Dengan bermain, anak usia dini diberi kesempatan
sebanyak- banyaknya untuk mengembangkan dirinya melalui tahapan-tahapan
sesuai usianya (Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009).
Belajar membaca, menulis dan berhitung sebenarnya bisa diberikan
dengan acara yang menyenangkan lewat bermain. Cara ini akan lebih bisa
diterima dan tanpa membebani si anak. Malah terkadang tidak diperlukan
waktu khusus tetapi terintegrasi dengan kurikulum yang telah dirancang
dan dipersiapkan untuk anak usia dini. Cara menyampaikan lewat
permainan pun tetap mengacu pada tahap- tahap perkembangan anak.
Jadi, pihak sekolah dan guru bisa mengkondisikan suasana kelas yang
kondusif untuk belajar membaca. Dengan menempelkan poster-poster
bergambar dan bertuliskan kata menggunakan huruf- huruf berukuran
besar di dinding kelas, warna-warna yang mencolok dan menarik. Atau
dapat juga bermain menggunakan kartu-kartu huruf bergambar dan menarik
bagi si anak. Selalu berganti sesuai dengan tema-tema yang di
ajarkan.Hasilnya membuat kita terkagum- kagum.Tanpa mengajari secara
khusus akhirnya anak akan dapat mengenal huruf-huruf atau malah bahkan
bisa mengeja dan merangkai huruf menjadi kata yang utuh dan benar.
Demikian juga dengan kemampuan berhitung yang pada dasarnya adalah
mengenal kuantitas benda yang merupakan dasar-dasar konsep matematika.
Tempelkan di dinding kelas, gambar-gambar yang bagus dan menarik bagi
anak beserta lambang bilangannya dengan tulisan yang besar
warna-warni. Bisa juga lewat permainan atau pun nyanyian yang dilakukan
bersama guru.
Dapat juga anak usia dini diajak oleh guru berkeliling di luar kelas, berjalan- jalan di sekiar sekolah, mengunjungi tempat-tempat
yang menarik. Guru dapat membimbing anak didik, memotivasi
keiingintahuan anak dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan terbuka.
Misalnya ketika berjalan- jalan di persawahan, terlihat ada
beberapa kerbau yang baru membajak sawah. Guru bisa menanyakan jumlah
kerbaunya, kakinya ada berapa, huruf apa saja kalau mau menulis kata
kerbau, bagaimana mengejanya dan lain sebagainya.
Jadi, tak perlu melarang anak usia dini untuk belajar calistung,
kejadian-kejadian yang telah di sampaikan tak perlu terjadi apabila
calistung disampaikan dengan cara yang menyenangkan lewat permainan,
nyanyian, deklamasi dan wisata anak atau pun kegiatan lain yang dapat
menstimulasi anak.
Pengembangan kreativitas dan kemampuan pendidik PAUD menyediakan
kegiatan main untuk anak didiknya adalah yang perlu diperhatikan pada
saat ini. Orang tua pun di rumah harus di beri pemahaman yang sama.
Jangan sampai apa yang telah disampaikan di sekolah menjadi sia-sia
hanya karena perbedaan cara pandang belajar calistung.Konsep yang
dinamakan belajar harus dirubah. Dengan bermain anak bisa belajar apa
pun, bahkan calistung tanpa anak merasa terbebani yang membuat anak
jadi jenuh dan stres.
Kesimpulannya… boleh dong anak usia dini diajarkan calistung.
Posting Komentar