mas baim
Bermula dari Rumah Kontrakan, Kini Nuraini Menjadi PAUD Unggulan

Dua pekan lalu, cuaca kota Yogyakarta sangat cerah. Sekumpulan bocah sedang asyik bermain balok-balok mungil di ruang kelas. Para anak didik PAUD Aisyiyah Nur ‘Aini tersebut terlihat sumringah. 

Sebagian dinding PAUD yang terletak di Ngampilan Yogyakarta itu sudah terlihat agak kusam, namun anak-anak leluasa bermain. Maklumlah, luas lahan lembaga pendidikan tersebut mencapai 1.500 meter persegi. Padahal, dulunya PAUD ini diselenggarakan di rumah petakan.
 
Lembaga ini meraih penghargaan sebagai PAUD unggulan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. PAUD ini dipayungi organisasi Aisyiyah. Mereka memiliki sejumlah program unggulan, antara lain pendidikan keorangtuaan. Lembaga yang 80% pendidik dan tenaga kependidikannya mengantongi ijazah S1 ini menawarkan layanan asuransi bagi para anak didik. 

Cukup mudah mencari PAUD yang dikelola Aisyiyah –organisasi perempuan Muhammadiyah- ini. Lokasinya cukup strategis, berada di jantung kota Jogja.

 

 “Di sekitar Ngampilan ini daerah perkantoran, banyak para pekerja yang menitipkan anak mereka disini,” ujar Kis Rahayu, Kepala Sekolah PAUD Aisyiyah Nur ‘Aini.

Gedung PAUD Nur ‘Aini tersisip di tepi jalan raya, persis berdampingan dengan sebuah jembatan. Lokasinya yang berada di bawah masjid, membuat bangunan seluas 1.000 meter persegi tersebut miskin dari sapaan sinar mentari. 

Meskipun sekilas terlihat agak remang, namun serangkaian prestasi terpendar dari lembaga yang didirikan pada 21 April 1996 itu. “Kami terpilih sebagai PAUD unggulan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2007,” sebut Kis bangga.

Mendapat Bantuan Rp 300 Juta
Atas capaian tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelontorkan dana Rp 300 juta. Kis menyebutkan, sebayak 15% dari total anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan fisik. 

Sisanya digunakan untuk pelatihan tutor, studi banding, serta membeli sejumlah sabak elektronik, antara lain komputer jinjing serta proyektor. “Seluruh dana kami gunakan sesuai ketentuan dari pemerintah,” tegasnya.

Kis menilai ada sejumlah alasan yang membuat lembaganya terpilih menjadi unggulan provinsi. Rasio pendidik dengan anak didik yang cukup renggang menjadi faktor utama. Rata-rata satu orang tutor mendampingi 6 orang anak didik. 

Selain itu, tingkat pendidikan para pendidik dan tenaga kependidikan PAUD Aisyiyah yang 80% adalah sarjana juga menjadi faktor pendorong. “Lokasi kami juga sangat strategis, tidak ada PAUD di DIY yang memiliki lahan seluas 1.500 meter persegi,” ucap Kis. 

PAUD Nur ‘Aini juga memiliki sejumlah program unggulan yang tidak dimiliki lembaga lain. Antara lain pendidikan keorangtuaan atau parenting. Saban Jumat Kis memberikan pembekalan kepada para orangtua murid tentang tata cara mendidik putra-putri mereka. “Pendidikan anak jangan hanya diserahkan kepada guru, tapi harus menjadi tanggung jawab utama orangtua,” ujarnya.


Siswa-Siswi Berasuransi
Salah satu fasilitas unggulan yang dimiliki PAUD Nur ‘Aini adalah asuransi kesehatan bagi anak didik mereka. Dengan premi sebesar Rp 25 ribu pertahun, anak berusia empat tahun ke atas berhak atas layanan tersebut. “Seumpama sakit, mereka dapat dirawat di RS Muhammadiyah secara cuma-cuma,” katanya.


PAUD Nur ‘Aini juga menggandeng RS Muhammadiyah Yogyakarta serta Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memberikan pemeriksaan kesehatan kepada para anak didik sekali sepekan. 

Dalam waktu dekat, PAUD Nur ‘Aini akan mengembangkan lokasi baru. Izin pembangunan atas tanah seluas 1000 meter telah mereka genggam. Lokasinya pun masih sepelemparan batu dari lokasi yang ada saat ini.

Bermula dari Rumah Kontrakan
PAUD Aisyiyah Nur ‘Aini bermula dari sebuah rumah kontrakan berukuran 6×8 meter persegi. Bangunan yang berada di tengah-tengah kampung Ngampilan tersebut disewa selama tiga tahun. Selama di rumah kontrakan itu, Nur ‘Aini mengasuh empat anak per hari dengan dua orang pengelola dan pendidik. 

Pada awal 1999, Nur ‘Aini mengalami kondisi sulit. Seolah berada di tubir jurang, rumah kontrakan yang disewa tidak lagi dapat diperpanjang. Akhirnya, pada 21 Februari 1999 pengurus memutuskan untuk memindahkan TPA tersebut ke sebuah asrama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang tak lagi dipakai. 

Kepindahan tersebut seolah menjadi tonggak dimulainya pengelolaan TPA Nur ‘Aini dengan manjemen yang baru. Sejumlah pimpinan ranting Aisyiyah Ngampilan pun ditunjuk secara profesional untuk memimpin lembaga tersebut. Sejak saat ini Tempat Penitipan Anak Nur ‘Aini bersalin nama menjadi Taman Asuh Anak (TAA). “Istilah penitipan seolah untuk barang,” ujar Kis menjelaskan alasan perubahan nama lembaga yang ia pimpin.

Setelah berjalan selama 13 tahun, PAUD Nur ‘Aini kini memiliki 193 anak didik yang tergabung di TAA, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak. Didampingi 40 orang pendidik dan pengelola, PAUD ini mengembangkan dan melaksanakan kurikulum terpadu yang berpusat pada anak (child oriented) dengan menanamkan nilai Islam sejak dini, mengembangkan pendidikan disiplin dan kemandirian 

 

 

0 Responses

Posting Komentar