mas baim
Ditjen PAUDNI Gelar Forum Internasional Terkait Pendidikan Keaksaraan dan Kecakapan Hidup

JAKARTA – Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak  Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) menggelar International Policy Forum on Literacy and Life Skills Education for Vulnerable Youth Through Community Learning Centres di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (20/8/2013).
Forum internasional yang  berlangsung dari tanggal 20-22 Agustus 2013 ini diikuti 50 peserta internasional  dan  60 peserta Indonesia. Dengan tujuan meningkatkan penyediaan kesempatan belajar bagi remaja rentan  untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan dan kecakapan hidup.
Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi mengatakan  pendidikan keaksaraan merupakan hal penting dalam membangun pendidikan inklusif, konprehensif dan terintegrasi dalam rangka meningkatakan kualitas sumber daya manusia.
Upaya ini  setidaknya berangkat  dari Komferensi Internasianal Pembelajaran dan Pendidikan Orang Dewasa ke-6 (CONFINTEA VI) di BelĂ©m, Brazil pada Desember 2009 lalu.
Forum yang dihadiri 155 negara anggota UNESCO, mitra lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah pemangku kepentingan lain ini menetapkan perlunya memanfaatkan kekuatan dan mendorong potensi orang dewasa demi masa depan yang lebih baik.
“Pelayanan pendidikan berdaya guna untuk mengatasi kemiskinan, dan permasalahan sosial lainnya  dengan berbasiskan nilai-nila inklusif, humanistik dan demokrasi untuk remaja/pemuda, orang dewasa bahkan lansia,” kata Lydia dalam kata sambutannya, Selasa  (20/8/2013).
Untuk mengatasi pendidikan   orang dewasa agar tidak terbengkalai, Ditjen PAUDNI memfokuskan diri pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).  Ada dua alasan.  Pertama, mencetak generasi emas lewat ketersediaan layanan PAUD. Kedua, menyiapkan anak-anak secara akademis sebelum mereka mengeyam pendidikan dasar.
Seperti diketahui target Angka Partisipasi Kasar (APK)  Ditjen PAUDNI dalam melayani pendidikan anak usia dini sebesar 75 persen.
Menurut Lydia program pendidikan keorangtuaan disempurnakan dengan adanya penyediaan program multi keaksaraan orang dewasa. Tercatat tahun 2012 jumlah tuna aksara antara usia 15-59 tahun mencapat 4,21 persen atau sama dengan 6.401.522 orang. Sementara di tahun 2013 diharapkan terjadi penurunan  sebesar 4,03 persen.
“Ditjen PAUDNI menyediakan layanan mutikeaksaraan yang terintegritasi dengan program keaksaraan usaha mandiri, pengembangan budaya baca masyarakat, pengarusutamaan gender bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan serta pendidikan keorangtuaan,”  ujar  Lydia yang juga psikolog itu.
Forum yang dimulai pada pukul 8.00 pagi ini terselenggara atas kerja sama dengan UNESCO (Bangkok dan Kantor Jakarta dan UNESCO Institute for Lifelong Learning [UIL]), pemerintah Indonesia dan the Asia South Pacific Association for Nasic and Adult Education (ASPBAE).
Hadir pula dalam forum Menteri Kordinator Perekonomian Hatta Rajasa dan istrinya Oktiniwati Ulfa Dariah Rajasa serta anaknya Siti Rubi Aliya Rajasa, Wakil Menteri Bidang Pendidikan Kemendikbud Musliar Kasim, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Arief Rachman,  dan Para Pejabat Eselon 1 Kemendikbud, perwakilan dari UNESCO, UNESCO Bangkok dan UNESCO Dhaka,
Sementara Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat yang juga Panitia Penyelenggara Ella Yulaelawati, Director of UNESCO Office Jakarta Hubert Gijzen, Deputy Director UNESCO Institute Carolyn Medel-Anonuevo dan juga Wakil Menteri Musliar Kasim masing-masing  memberikan samnbutan dalam pembukaan forum.[Galih Prasetyo]
sumber

 

0 Responses

Posting Komentar